Searching in Blog

Gumuk Pasir, Yogyakarta

0 comments
Gumuk Pasir, Yogyakarta



Mengeksplorasi keindahan alam di wilayah Yogyakarta memang seolah tidak ada habisnya untuk dijelajahi. Kita pun seolah dimanjakan dengan pilihan wisata alam yang sangat beragam. Tak hanya deretan pegunungan dan juga hamparan pantai-pantai yang membentang di pesisir selatan, Yogyakarta juga memiliki sebuah gurun pasir yang tak kalah menarik. Mungkin bagi sebagian orang akan terasa sangat janggal mengingat Yogyakarta memiliki iklim tropis yang hampir tidak memungkinkan untuk munculnya gurun pasir.  Gurun pasir sendiri memang cukup populer dan dapat mudah ditemukan di negara-negara yang berada di kawasan Timur Tengah. Jika di Jogja, fenomena padang pasir ini diberi sebutan gumuk pasir. Gumuk sendiri berasal dari bahasa Jawa yang artinya gundukan tanah yang menyembul ke atas. Anda dapat melihat fenomena alam ini membentang dari Pantai Parangtritis hingga hilir Sungai Opak. Akses jalurnya cukup mudah, tinggal susuri saja jalan yang menghubungkan antara Pantai Parangtritis, Pantai Parangkusumo, dan Pantai Depok.

Asal-muasal gumuk pasir ini tidak bisa dilepaskan dari muntahan material vulkanik bekas letusan Gunung Merapi yang terbawa oleh aliran Sungai Progo dan Sungai Opak yang bermuara di Samudera Hindia. Material vulkanik tersebut mengalami hempasan gelombang samudera yang kuat sehingga mengalami penggerusan menjadi butiran-butiran partikel pasir yang sangat kecil dan lembut. Butiran-butiran partikel pasir tersebut terbawa oleh angin dan lama-kelamaan membentuk sebuah gundukan yang mirip seperti bukit. Pembentukan fenomena gumuk pasir ini membutuhkan waktu yang sangat lama. Gumuk pasir ini memang istimewa karena diklaim sebagai salah satu gumuk pasir yang terdapat di daerah beriklim tropis.

Gumuk pasir ini memiliki fungsi yang boleh dikatakan cukup beraneka macam. Bagi para wisatawan tentu saja keberadaan gumuk pasir ini dapat dijadikan sebagai wisata alternatif ketika Anda berkunjung di kawasan Pantai Parangtritis. Beberapa artis seperti Agnes Monica dan grup band Letto pernah membuat video klip di kawasan gumuk pasir ini. Acara syuting FTV pun juga sering mengambil scene di gumuk pasir ini karena pemandangannya yang bagus. Gumuk pasir juga menjadi salah satu lokasi incaran bagi para fotografer yang ingin mengabadikan pemandangan gumuk pasir dengan bidikan kamera mereka. Selain itu, kawasan gumuk pasir ini juga dijadikan sebagai tempat diadakannya sholat ied dan juga manasik bagi calon jemaah haji yang akan berangkat menunaikan ibadah di tanah suci. 

Candi Plaosan, Prambanan - Jawa Tengah

0 comments
Candi Plaosan, Prambanan - Jawa Tengah



Candi Plaosan yang dibangun Rakai Pikatan memiliki beberapa keunikan dibanding candi lain, yaitu dua candi utamanya yang "kembar" serta teras yang permukaannya halus. Di candi ini juga terdapat figur Vajrapani, Amitbha, dan Prajnaparamitha.

Kompleks Plaosan dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu Candi Plaosan Lor dan Candi Plaosan Kidul. Kedua candi itu memiliki teras berbentuk segi empat yang dikelilingi oleh dinding, tempat semedi berbentuk gardu di bagian barat serta stupa di sisi lainnya. Karena kesamaan itu, maka kenampakan Candi Plaosan Lor dan Kidul hampir serupa jika dilihat dari jauh sehingga sampai sekarang Candi Plaosan juga sering disebut candi kembar. 

Bangunan Candi Plaosan Lor memiliki halaman tengah yang dikelilingi oleh dinding dengan pintu masuk di sebelah barat. Pada bagian tengah halaman itu terdapat pendopo berukuran 21,62 m x 19 m. Pada bagian timur pendopo terdapat 3 buah altar, yaitu altar utara, timur dan selatan. Gambaran Amitbha, Ratnasambhava, Vairochana, dan Aksobya terdapat di altar timur. Stupa Samantabadhara dan figur Ksitigarbha ada di altar utara, sementara gambaran Manjusri terdapat di altar barat.

Candi Plaosan Kidul juga memiliki pendopo di bagian tengah yang dikelilingi 8 candi kecil yang terbagi menjadi 2 tingkat dan tiap-tiap tingkat terdiri dari 4 candi. Ada pula gambaran Tathagata Amitbha, Vajrapani dengan atribut vajra pada utpala serta Prajnaparamita yang dianggap sebagai "ibu dari semua Budha". Beberapa gambar lain masih bisa dijumpai namun tidak pada tempat yang asli. Figur Manujri yang menurut seorang ilmuwan Belanda bernama Krom cukup signifikan juga bisa dijumpai.

Bagian Bas relief candi ini memiliki gambaran unik pria dan wanita. Terdapat seorang pria yang digambarkan tengah duduk bersila dengan tangan menyembah serta figur pria dengan tangan vara mudra dan vas di kaki yang dikelilingi enam pria yang lebih kecil. Seorang wanita ada yang digambarkan sedang berdiri dengan tangan vara mudra, sementara di sekelilingnya terdapat buku, pallet dan vas. Krom berpendapat bahwa figur pria wanita itu adalah gambaran patron supporter dari dua wihara.

Seluruh kompleks Candi Plaosan memiliki 116 stupa perwara dan 50 candi perwara. Stupa perwara bisa dilihat di semua sisi candi utama, demikian pula candi perwara yang ukurannya lebih kecil. Bila berjalan ke bagian utara, anda bisa melihat bangunan terbuka yang disebut Mandapa. Dua buah prasati juga bisa ditemui, yaitu prasasti yang di atas keping emas di sebelah utara candi utama dan prasasti yang ditulis di atas batu di Candi Perwara baris pertama.

Salah satu kekhasan Candi Plaosan adalah permukaan teras yang halus. Krom berpendapat teras candi ini berbeda dengan teras candi lain yang dibangun di masa yang sama. Menurutnya, hal itu terkait dengan fungsi candi kala itu yang diduga untuk menyimpan teks-teks kanonik milik para pendeta Budha. Dugaan lain yang berasal dari para ilmuwan Belanda, jika jumlah pendeta di wilayah itu sedikit maka mungkin teras itu digunakan sebagai sebuah wihara (tempat ibadah umat Budha).




Taman Balekambang, Surakarta

0 comments
Taman Balekambang, Surakarta



Taman Balekambang resmi dibuka menjadi hutan kotanya warga Surakarta. Mengunjungi kompleks seluas lebih dari lima hektar itu, kita bisa menikmati suasana yang benar-benar beda. Belasan pepohonan berusia ratusan tahun menjadi peneduh alami bagi siapa saja. Maka tak aneh jika kini, hampir setiap hari, puluhan hingga ratusan anak-anak menyemarakkan suasana.

Balekambang, konon berasal dari gabungan kata balé (Jw. Balai) dan kambang(Jw. Mengapung), menunjuk pada keberadaan sebuah balai di atas telaga kecil di masa lalu. Begitu sederhananya orang Jawa dalam membuat istilah baru, dengan cara sangat praktis, yang penting mempermudah pelafalan, dan mudah diingat. Karena balai mengapung yang terletak di antara pepohonan besar nan rindang, lalu disempurnakanlah ia menjadi taman.
Taman Balekambang dibangun oleh KGPAA Mangkunagara VII pada 1921. Taman itu pun lantas dinamai Partini Tuin, sebuah nama untuk mengabadikan putrinya tercinta yang bernama Partini. Tak cuma untuk bercengkerama pada siang hari, di sana juga menjadi ruang publik dalam arti sesungguhnya. Aneka kesenian tradisional, termasuk tarian dan sering digelar di sana, dan pentas ketoprak digelar rutin tiap malam.

Bagi Anda yang hendak berwisata di sana, disarankan membawa bekal makanan/minuman seperlunya. Dan harap diingat, jangan suka membuang sampah secara sembarangan, biar Taman Balekambang tetap asri dan bersih, sehingga taman tetap lestari, sehingga mampu menjadi daerah resapan, agar air tidak kian langka dari Kota Surakarta.

Taman Balekambang, persisnya terletak di sisi utara Stadion Manahan, tak jauh dari Terminal Bus Tirtonadi, pun Stasiun Balapan. Akses transportasi umum tak tersedia menuju ke sana. Dari Tirtonadi, Anda bisa mencapainya dengan naik becak dengan ongkos sekitar Rp 10 ribu, atau Rp 15 ribu dari Stasiun Balapan.


Popular Posts

Maira PhotoWork. Powered by Blogger.

Flickr

About

LATEST POSTS